Jazuli Juwaini ; Jabatan Itu Amanah, Bukan Aji Mumpung

Lapsus - Kamis 29 September 2011 15:46

JAKARTA - Beragam kasus korupsi yang menjerat para politisi serta pejabat publik belakangan ini ibarat pusaran angin puting beliung yang telah menelan banyak korban, serta mengancam karier politik banyak pihak. Sebagai bukti, salah satu alasan di balik semakin gencarnya tuntutan masyarakat agar pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera melakukan resufle kabinet tak lepas dari soal korupsi. Presiden diharapkan mengganti para menteri yang namanya disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi dengan figur-figur lain yang bersih, memiliki integritas dan kapabilitas di bidangnya, serta tract record-nya positif.

Diruang kerjanya yang bersih dan jauh dari kesan mewah, Jazuli Juwaini, salah satu kader PKS anggota DPR RI yang dikenal bersahaja, santun, dan rendah hati, dengan ramah bersedia memberikan komentar atas isu-isu populer yang menghangatkan atmosfer politik Indonesia akhir-akhir ini.

Ketika ditanya tentang isu korupsi yang menyeret sejumlah petinggi partai serta pejabat tinggi yang kini sedang disorot publik, pria berjanggut tipis yang mencalonkan diri sebagai kandidat Gubernur Banten ini memberikan jawaban yang sangat filosofis.

Menurutnya, akar masalah terletak pada mentalitas seseorang dalam memandang jabatan. “Orang yang memandang jabatan sebagai peluang dan kesempatan, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menyalahgunakan jabatannya. Sebab, mereka menganggap jabatan sebagai alat yang bisa digunakan untuk kepentingan pribadi,” tuturnya.

Sementara itu, cetus Jazuli, orang yang memandang jabatan sebagai amanah pasti bersikap hati-hati. Karena mereka meyakini bahwa amanah pasti akan dimintai pertanggungan jawabnya, di dunia dan di akhirat. Di dunia, bertanggung jawab kepada sang pemberi amanah, yaitu rakyat. Sedangkan di akhirat bertanggung jawab kepada Allah swtt,” tegasnya.

Perbedaan cara pandang ini, terang Jazuli, sangat menarik untuk dicermati karena menghasilkan sikap, perilaku, serta kebijakan yang berbeda secara simetris. “Jelasnya begini, orang yang menganggap jabatan sebagai anugerah, memiliki kecenderungan untuk bersikap ingin dihormati, diperhatikan, dan diutamakan. Senang dipuji, disanjung, dan dielu-elukan. Sementara, kebijakan yang dia putuskan berorientasi untuk kebaikan diri dan kelompoknya saja,” jelasnya

Menurut kandidat yang diusung koalisi paratai keumatan (PKS, PPP, PBR, dan PKNU ), pejabat yang bermental seperti ini biasanya lebih mengutamakan dirinya sendiri dibanding dengan masyarakat banyak yang berada di bawah tanggung jawabnya. “Mereka takkan sungkan menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan diri dan keluarganya. Mereka juga tidak merasa risih jika pola hidupnya sangat kontras dengan masyarakat di sekitarnya,” tuturnya

Berbanding terbalik dengan orang-orang yang menganggap jabatan sebagai amanah, lanjut Jazuli, mereka biasanya bersikap dan memposisikan diri sebagai bagian dari masyarakat yang sangat peka terhadap realitas di sekitarnya. Berempati dan bersimpati ketika masyarakat sedang mengalami kesulitan, serta memberikan selamat dan semangat ketika masyarakat sedang menikmati kemakmuran. Setiap kebijakan yang mereka putuskan, selalu berorientasi untuk kepentingan masyarakat luas.

“Dalam benak mereka, sedikit pun tidak ada hasrat untuk mengambil keuntungan dari jabatan yang sedang diemban, dan tidak memperkaya diri sendiri. Dalam kamus hidup mereka, tidak ada kata Aji Mumpung. Yang ada hanyalah tekad untuk memberikan kemampuan terbaik dalam menyejahterakan masyarakat,” paparnya.

Berangkat dari kenyataan ini, kandidat yang menggandeng H. Makmum Muzakki sebagai calon wakil gubernur Banten, mengajak semua pejabat publik baik yang berada di lembaga legislatif aksekutif, ataupun yudikatif untuk memandang jabatan dengan benar, agar tidak tersandung aral politik yang terbukti efektif dalam membunuh karakter serta mengakhiri karier politik seseorang.

Menurutnya, pemberitaan di media massa, baik cetak maupun elektronik telah memperlihatkan betapa banyak para pejabat atau mantan pejabat yang tersandung masalah korupsi, kolusi, dan lain sebagainya. Sehingga, mereka terpaksa harus menutup episode karier lebih awal. Atau, harus rela meringkuk di penjara demi mempertanggungjawabkan ulahnya di masa-masa yang lalu.

“Saya yakin, petaka seperti itu takkan terjadi jika mereka menggunakan kaca mata yang benar dalam memandang jabatan,” paparnya.

Politisi yang juga kyai ini juga menatakan, cara pandang yang benar terhadap jabatan akan membuat seseorang lebih tenang, serta tidak merasa berat dalam menunaikan tugas dan kewajiban. Karena orang yang menganggap jabatan sebagai amanah takkan pernah dihantui rasa takut akan kehilangan jabatannya.

Mereka, tambah Jazuli, selalu siap untuk kehilangan jabatan tersebut dalam situasi dan kondisi apapun.dan takkan ada rasa kecewa saat jabatan yang ia pangku harus diserahkan kepada orang lain. Dengan demikian, ia pasti terhindar dari penyakit post power syndrome yang sangat potensial menggerogoti kesehatan.

“Pada saat yang sama, ia takkan pernah marasa terbebani ketika menjalankan tugas-tugasnya sebagai pejabat. Semua tugas dan kewajiban akan ia laksanakan sebaik mungkin dan dengan sepenuh hati, tidak sembarangan apalagi asal-asalan,” pungkasnya. (JNA/TRYZIE)

Media : Bantenpost.com
Edisi : Kamis, 29 September 2011
Rubrik : Lapsus
























frostwire, utorrent























backup, utorrent
























games, utorrent

Comments :

0 komentar to “Jazuli Juwaini ; Jabatan Itu Amanah, Bukan Aji Mumpung”

Posting Komentar